Curiculum Vitae (sumpah!)

Selasa, 25 Juni 2013 0 komentar
         TAMAN FEODAL

Berbaris-bernyanyi, anak kecil dengan kepala gundul, sedikit menyisakan rambut di bagian depan, mirip dengan tokoh sinema laga era 90 an "si Toloy", bentuk kepala agak sedikit

lonjong, mata sedikit aneh atau biasa disebut "jereng". Merasa terasingkan di tengah  teman-teman sekelas Taman Kanak-kanak (TK) yang masuk pada jajaran TK elit sampai sekarang ini, tepatnya berada di kota kecil,yang entah mengapa di jadikan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara.
Jelas srtata ekonomi dalam TK in tak jauh berbeda, yang berbeda hanya bagaimana orang tua mendidik anaknya  dan sesama orang tua memandang anak dari si -orang tua tersebut. Akar feodalisme menyambungkan tali estafet mulai dari sini, benih-benih feodalisme menemukan ladangnya yang subur disini. Yang secara sadar dan pasti sangat sadar,sebagian orang tua bersama sebagian guru-guru lah yang menjadi aktor utamanya, hanya mungkin mereka tidak tahu bahwa inilah yang dinamakan "feodalisme" satu kata yang menyebabkan perang suadara di Hindhustan, yang meroketkan nama Napoleon Bonaparte, atau yang sampai sekarang ini yang menyebabkan revolusi berdarah di negara-negara Timur Tengah. Contoh, (contoh ini antara nyata dan samar-samar) "si Otong" anak Pak Walikota putra makhkota  hasil feodalisme, lebih bersih dari teman sebayanya, apalagi jika dibandingkan dengan saya (sekarang juga mungkin dan hampir pasti,masih begitu), dia begitu di "anak emas-kan" oleh semua wali murid,bahkan wali murid yang lain, mengaggap anaknya sendiri adalah :kuningan". Ada juga modus pendekatan model lain, wali murid  yang dengan senang hati menurunkan kasta anaknya  sebagai pengawal si otong. Tujuan dari berbagai macam modus itu tidak lain adalah untuk mendapatkan kedekatan dengan si wali murid yang juga orang No.1 di Ibu Kota Provinsi ini {?}. Yaa dengan lihai si "orang tua" memainkan strategi perang Shun-Tzu ala perang cina untuk menyerang yang tidak terduga, ya walaupun mungkin tempat penerapan agak sedikit keluar jalur, seperti Revolusi Mao Tse Tung yang keluar darai arahan Liga Komunis pada saat itu, -strategi ini biasanya di pakai oleh penjual "sumber penyakit kanker No.1" yang entah kenapa tidak diberi label "dapat menyebabkan kanker", yang menghias ayam dengan badut ayam, dan si badut penjual donat.Tapi kabar gembira setelah menuliskan ini, ternyata sudah ada sebuah buku yang menyebutkan bahwa kedua hal ini suda dimasukkan dala daftar agenda yang dicurigai "Freemasson"-. Kembali pada penyimpangan strategi yang efektif yang dilakukan sebagian wali murid yang kemungkinan besar mendapatkan nasehat dari Mao Tse Tung (halah). Modusoperandi (buka KUHP!) lainnya adalah dengan hanya sekedar kenal oleh si ibu Walikota di zaman yang "otoriter"ketika itu, dapat memproleh keuntungan , setidaknya dapat undangan ketika acara "sunatan si otong" dan dapat foto bersama dengan BADUT TIKUS (jangan tanya kenapa pakai huruf besar,karena ini masalah hati!!).

Drajat saya dimana? apakah Brahmana, Priyayi, Kesatria, atau Sudra?.yaa kita jangan malu kembali memakai tingkatan kasta ini, karena "label modernisasi" yang menghilangkan kasta-kasta ini adalah sebuah kemunafikan para sosiolog yang hanya mengatakan bahwa ini adalah masa lalu, ini adalah masa lalu yang masih eksis hingga kin. Saya tidak pandai memposisikan dimana saya, bisa di konsultasikan pada para sosiolg ahli perkastaan mungkin, yang jelas jika saya pada tahun ini masih mengenyam pendidikan TK,sebagian guru-guru ahli feodalisme pasti akan berpihak kepada saya, membentuk barisan Borjuis  yang akan di pimpin Napoleon yang masih TK, meminta persamaan  hak, membentuk "Hukum Eropa Kontinental" dan bersama-sama menyambut "era baru" yaitu "penindasan kelas" dan bersama-sama menanggung gelombang revolusi. hingga Mr. Soepomo menemukan konsep negara kesejahteraan.dalam ideologi Pancasila tahun 1945 dan kemudian menyusul para bule menyebutnya "welfare state" di tahun 1965 dan menyatakan "Kapitalism, The End Of Ideologi". oke, lanjutkan kembali,sebenarnya apa Profesi Orang Tua saya?? dia adalah keturunan Caesar yang akan membentuk Kerajaan Inggris, hingga kaum bangaswan dan tuan tanah memninta persamaan hak dan membentuk sistem hukum 'anglo saxon" Halaahh!!! langsung saja, orang tua saya adalah dosen yang sekarang sedang aktif-aktifnya men-sertifikasi guru yang tujuannya pada intinya adalah buat kenaikan gaji..

Ibu saya, ah bukan, Mamak akhiran K bukan akhiran H, ini setara dengan kata Emak di Jakarta, ini perlu ditegaskan, tema-teman saya di status Blackberry Mesengger selalu menuliskan kata MamaH apke H, kata mamaH ini bersal dari kata Mommy, jangan "sok" kerbarat-baratan kata Mommy ini kita dengar pada masa telenovela "Amigos" belum tergeser oleh "si Madun". jadi mustahil kata MamaH ini diperkenalkan oleh kita sejak bayi, jangan malu dengan budaya kita.
Mamak saya sangat sadar jika jika anaknya tidak menarik di sentuh pipinya ataupun dicubit, kulit hitam legam kurus terbungkus seperti kata Ebieth G.Ade menggambarkan ayahnya  (atau mungkin,saya ini ayahmu nak Ebieth!!), memupuskan mimpi orang tua memiliki anak yang imut.  Namun hal ini tidak mengahalangi beliau untuk mengakuinya sebagai anak (Pengorbanan terberat No.2 setaelah mengandung dan melahirkan yang tidak bisa dibalaskan oleh seorang anak kepada Ibunya). Mamak tetap mengawasi saya hingga jam pulang sekolah , di jenjang pendidikan ini adalah kali pertama saya menemukan potensi bakat alami saya untuk mengkritisi, kritis? tidak! tepatnya "mengluhkan, ya kata Bapak dan Mamak saya ini orang yang suka "mengeluh" tapi menurut ramalan zodiac berdasarkan bulan lahir, saya adalah seorang penyabar, dan saya memilih untuk mempercayainya, karena hanya zodizc ini yang memberikan saya pujian dan saya bisa men-sugesti diri untuk menjadi seorang penyabar untuk tidak mengeluh, dan hasilnya Alhamdulillah saya diluruskan Allah untuk tidak mempercayai ramalan.
Ya, potensi apa yang saya temukan, itu adalah "mengeluhkan sistem". Bernyanyi tidak menarik mintaku pada saat TK, untuk apa sekolah jika hanya datang untuk bernyanyi keluhan ku kepada Mamak, tapi yang mengherankan adalah karena mamak bangga dengan pernyataan ku itu, beliau menganggap bahwa pemikiran saya lebih maju satu langkah dari pada yang lain, apalagi si otong yang ultah ke-6 nya mau-maunya di hadirkan seekor Tikus..HAHAHA
Akibat pernyataan itu saya mulai di samakan dengan Wiranto, -padahal Wiranto tidak pernah protes ke Soeharto pada saat itu-aah mungkin karena Petrus berkeliaran jadi saya enggan disamakan dengan Freira ataupun se kontroversial Samul P Huntington dengan benturan peradabannya, ataupun  Karl Marx, ah tidak saya tidak ingin menjadi Karl Marx, karena saya tidak setuju dengan pernyataan "Agama Candunya".

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Iyunk | TNB